SEJARAH SUKU BOLANGO DAN DESA - DESA YANG ADA

Sejarah Suku Bolango, Sulawesi utara

      Suku Bolango, adalah suatu suku yang mendiami kota Molibagu, kabupaten Bolsel di provinsi Bolaang Mongondow. Suku Bolango saat ini berpusat di kota Molibagu di Bolaang Mongondow Selatan.
Asal usul suku Bolango tidak diketahui secara pasti, tapi menurut cerita rakyat yang berasal dari daerah Gorontalo, bahwa suku Bolango ini berasal dari wilayah Gorontalo. Pada perjalanan awal nenek moyang mereka berjalan melintas 2 jalur dengan terbagi menjadi 2 kelompok, dan salah satu kelompok menuju Molibagu. Kelompok yang menuju Molibagu ini lah yang menjadi cikal bakal suku Bolango. Saat itu mereka mengangkat seseorang menjadi raja mereka, yang bernama Raja Gobel. Sedangkan kelompok yang satu lagi diperkirakan adalah cikal bakal orang Atinggola di provinsi Gorontalo. (?)

Secara struktur ras orang Bolango, adalah mirip dengan fisik orang Ternate, menurut dugaan dahulunya mereka berasal dari daerah Ternate. Dalam perjalanan panjang migrasi suku Bolango, sejak awal hingga saat ini, diperkirakan banyak terjadi perkawinan-campur antara suku Bolango dengan suku Ternate, suku Minahasa dan suku Gorontalo, Sehingga saat ini dilihat dari struktur fisik orang Bolango, memiliki beragam ciri fisik. Warna kulit dari kuning cerah hingga coklat gelap, rambut dari lurus, ikal dan ada juga yang keriting.

Suku Bolango memiliki bahasa sendiri, yaitu bahasa Bolango. Bahasa Bolango ini sangat mirip dan sangat berkerabat dengan bahasa Atinggola, sebagian besar memiliki kosa kata yang mirip, tapi berbeda dialek dan intonasi.
Suku Bolango memiliki beberapa tarian adat yang tetap terpelihara hingga saat ini. Beberapa tarian adat suku Bolango, adalah:

Tarian dangisa
  • Tarian Dangisa, tarian ini biasanya ditarikan oleh 12 sampai 24 orang laki-laki. Tarian ini dilaksanakan pada saat kerajaan mendapat kunjungan kehormatan dari kerajaan lain.
  • Tarian Tide No Betuo, tarian ini ditarikan oleh seorang perempuan. Tarian ini dilaksanakan ketika sang raja lagi bersuka ria.
  • Tarian Tide Noohongia, tarian ini ditarikan oleh sang perempuan anak cucu raja, dimana penari-penarinya memakai pakaian kebaya dan sarung berwarna ungu. Dikepalanya terpancang 7 serangkai bunga serta selendang ditangan. Tarian ini biasanya ditarikan di depan tamu kehormatan, penari memegang selendang dan nantinya akan dilemparkan kepada para tamu agar menari bersama.
  • Tarian Tide No Oeyabo atau Tari Kipas, tarian ini ditarikan oleh 4 orang perempuan yang disebut dayang dayang raja, dan ditarikan dalam ruangan istana (kemaling) dengan disaksikan para tamu kehormatan.
  • Tari Jongke, tarian ini ditarikan oleh 3 - 6 orang perempuan yang berpakaian batik dan kebaya diikuti pukulan gendang dan ditarikan di dalam istana.
Menurut Saleh Echsan Gobel, Ketua Komunitas Budaya "Sandoba" Bolaang Uki, seluhurnya Abram Gobol dikaruniai putra dan putri. Mereka adalah Tileytidu, Tidebulra, Ene, Tintingio, Prens Polingala (raja 1788-1801), Prens Pulrubulwara (raja 1801-1810), dan Prens Bomulo.

Putri Bolilologo dinikahi Abraham Dowel yang berkebangsaan Belanda, tapi sudah memeluk agama Islam. Ketika Gobol ke Ternate untuk dinobatkan menjadi raja kerajaan Bolango, pemerintahan dijalankan Dowel. Ia diangkat menjadi wakil raja sekaligus Jojugu dan diberi gelar Abram Duwawulu yang artinya Abram yang memegang pimpinan kedua.

Ketika Raja Gobol kembali ke Tapa, Dowel menjemput raja dengan tarian kebesaran buatannya yang diberi nama tarian Dangisa yang dikenal sampai sekarang. Dowel meninggal duluan hingga marga Duwawulu tidak berkembang. Ketika kerajaan berpindah ke Imana (Kecamatan Atinggola sekarang) ada yang pindah tapi ada juga yang tidak.

Karena sistem kerajaan yang demokratis, maka anggota keluarga bangsawan yang Mokosisi, anak Dowel bisa menjadi raja ke-X. Apalagi ia kawin dengan Putri Ene (anak Raja Gobol).
Perpindahan ke Imana terjadi pada zaman Raja Puluhuwala (1801-1815). Selain untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak, mereka ingin dekat ke Atinggola yang mempunyai persamaan bahasa (serumpun). Tahun 1870, beberapa suku Bolango berpindah ke arah timur Gorontalo, yaitu Molibagu di bawah pimpinan Marsaoleh Yusuf Walangadi yang mendapat gelar Jogugu Pengganti. Sebelum ke Molibagu, ada perpindahan suku ke Lombagin zaman Raja Unonongo (1840-1856).

Setelah melalui beberapa raja di Molibagu, kerajaan Bolaang Uki (yang mengantikan kerajaan Bolango mencapai zaman keemasan kedua di bawah pimpinan Raja Hasan Van Gobol dengan perpindahan kerajaan ke bagian pantai selatan yang dikenal sebagai Molibagu sekarang.
Dari Bolaang Uki pada era orde baru dikembangkan menjadi kabupaten pemekaran Bolsel dari Bolmong. 

Saat Paduka Hassan wafat, dia diganti oleh putranya Paduka Raja Arie van Gobel yg kemudian wafat dan dimakamkan di Bolaang Itang Bolmong Utara. 

Akan halnya putranya Paduka Abdul Gani Hassan van Gobel selepas pendidikan setara SMP di masa pemerintahan Belanda memilih bekerja di luar Bolsel ke Gorontalo, Toli-Toli dan Luwuk di Sulteng. 

Ia menikahi perempuan Minahasa bernama Isye Sorongan, yang semasa bertugas sebagai pegawai keuangan Pemerintah Belanda di Toli-Toli, Sulteng sempat menampung dan mendidik salah satu ponakannya bernama Thayeb van Gobel. 

Thayeb van Gobel ketika itu diturunkan dari kapal penumpang Belanda hendak menuju Batavia, karena tak punya tiket dan dianggap penumpang gelap, lalu diserahkan pada paduka Abdul Gani.




MOLIBAGU

         Molibagu merupakan salah satu kota yang berada di kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Molibagu menjadi ibukota dari kabupaten bolaang mongondow selatan sejak tahun 2009 yang di mana saat itu Bolaang Mongondow Selatan melepaskan diri dari Kabupaten Bolaang Mongondow.
Kota Molibagu sendiri terbagi menjadi beberapa desa yaitu desa Molibagu, desa Toluaya, desa Popodu, desa Soguo, desa Pintadia, desa Sondana, & desa Bolangaso.
Pada awalnya jauh sebelum dimekarkan bolaang mongondow selatan yang ada hanyalah desa Molibagu, desa Toluaya, dan desa Popodu, dan desa Bolangaso.


Desa Molibagu

















Desa Toluaya

Desa Toluaya adalah desa diantara desa popodu dan desa molibagu.








Desa Popodu

SEJARAH SINGKAT DESA POPODU

Latar Belakang.

Pada tahun 1905, raja dari kerajaan suku bangsa Bolango pindah dari Labuan Uki ke Pantai Selatan (Bolaang Uki sekarang) dan menempati wilayah yang disebut  Soguwo (Cikal bakal desa Soguo sekarang). Kerajaan melakukan penataan sebagaimana layak nya seperti pembuatan alun-alun untuk kegiatan adat dan budaya serta rintisan jalan yang  ke arah Pantai. Penataan pemukiman penduduk, dan persawahan, serta perkebunan, dll. kegiatan tersebut dilakukan guna mempercepat pencapaian kesejahteraan rakyat. Bertambahnya populasi penduduk yang tinggal sepanjang jalan rintisan tersebut mulai membentuk suatu perkampungan penduduk. Penataan Pemerintahan dan Adat Istiadat yang pernah ada di gunakan oleh suku Bolango sejak dahulu kala mulai dikembalikan sebagaimana aslinya seperti :  Pemerintahan diselenggarakan secara Lruawo  yakni sistim pemerintahan Demokrasi ; Lruawo Nia Tolru atau 3 (tiga) pemangku adat yaitu yang disebut Lruawo No Buido (Pemangku Bagian Gunung/Hulu), Lruawo No Tolruwaya (Pemangku Bagian Tengah) dan Lruawo N0 Popodo (Pemangku Bagian Ujung/Ilir). Tiga pemangku adat tersebut dikoordinir oleh sesorang yang dalam bahasa Bolango disebut WULREA. Raja dalam kekedudukannya hanyalah sebagai kepala pemerintahan dan bukan sebagai Penguasa yang absolute.
Dengan perkembangan penduduk dan pengetahuan maka pada tahun 1912, raja membagi wilayah adat dalam bentuk Lruawo  dan perkampungan-perkampungan yang dipimpin oleh seorang Sangadi yang artinya Orang-Tua Raja. Kampung-kampung yang menjadi kedudukan Lruawo seperti Lruawo No Buido menjadi Kampung Molibagu yang berarti Kembali memperbaharui, Lruawo No Tolruwaya menjadi Kampung Toluaya, Lruawo No Popodo menjadi Kampung Popodu. Kampung –Kampung itu(Molibagu, Toluaya, dan Popodu) secara khusus dipegang oleh yang disebut Wanao Punuh sedangkan Sangadi adalah sebutan bagi orang yang memegang Pemerintahan pada  Kampung-kampung lainnya yang dalam Wilayah Kerajaan Bolaang Uki.
Dengan mulai masuknya pengaruh perkembangan Politik Nasional kearah pergerakan Kebangsaan maka diperjelas wilayah kekuasaan Adat dan wilayah kekuasaan Pemerintahan/Raja, sehingga sebutan Sangadi sudah digunakan untuk Kampung-Kampung yang menjadi kedudukan Lruawo.

Tokoh-tokoh penting Wanao Punu / Sangadi dalam pemerintahan desa Popodu antara lain :
                                              
-        Lruapo Wanao Punu Tahun 1912 - 1918
-        A. B. Gobol Sangadi Tahun 1918 – 1920
-        Halipa Musa Sangadi Tahun 1921 – 1930
-        Arsad Gobol Sangadi Tahun 1931 – 1933
-        Maenah Gobol Sangadi Tahun 1934 – 1935
-        Hasan L. Gobol Sangadi Tahun 1936
-        A. W. Yusuf Sangadi Tahun 1937 – 1938
-        Aso Puwa Sangadi Tahun 1939 – 1940
-        Saleh Gobol Sangadi Tahun 1941 – 1943
-        A. W. Yusuf Sangadi Tahun 1943 – 1959
-        T. Nakulo Sangadi Tahun 1960 – 1964
-        Ali Aliu Kepala Desa Tahun 1965 – 1967
-        As. Thanta Kepala Desa Tahun 1968 – 1972
-        M. A. Gobol Kepala Desa Tahun 1972 – 1987
-        As. Thanta Kepala Desa Tahun 1987 – 1989
-        S. E. Gobel Kepala Desa Tahun 1989 – 1992
-        Rustam Efendi Kepala Desa Tahun 1992 – 1994
-        Matsu Kombu Kepala Desa Tahun 1994
-        Drs. Wilson Th. Aliu Kepala Desa Tahun 1995 – 2003
-        Andy M. T. van Gobel Kepala Desa Tahun 2003 – 2010
-        Sutomo S. Gobol Sangadi Tahun 2010 – 2011
-        Emil Salim Mane Sangadi Tahun 2011 – sekarang

Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka pada tahun 1992 desa Popodu dimekarkan menjadi 2 (dua) desa yaitu desa Popodu dan desa Sondana.

Keadaan Wilayah dan Keadaan Alam.

Secara geografis Desa Popodu mempunyai luas wilayah 1600 Ha dengan jumlah penduduk 2.010 jiwa pada tahun 2012. Berbatasan langsung dengan Desa Tolondadu I dan Desa Sondana di bagian timur, Desa Molibagu di bagian utara, Desa Toluaya dan Desa Soguo di bagian barat dan Desa Pintadia di bagian selatan. Umumnya wilayah Desa Popodu terbagi menjadi wilayah hunian penduduk 10%  persawahan 10%, perkebunan 60%, hutan produksi 15% dan lainnya 5%. Bentuk topografi ketinggian tanah berkisar 1 – 2,5 dpl.

Keadaan Penduduk.

Keadaan sosial masyarakat di desa Popodu dewasa ini telah banyak dipengaruhi oleh budaya perkotaan. Hal ini dapat dimaklumi karena desa Popodu dewasa ini adalah bagian dari ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Namun demikian, masyarakat tetap menjaga dan melestarikan budaya dan tatanan adat istiadat suku bangsa terutama adat istiadat leluhur suku bangsa Bolango, Gorontalo dan Mongondow. Meskipun demikian tidak sedikit juga masyarakat desa yang mulai maju karena mengadaptasi sistem pembangunan perkotaan.
Pada umumnya tingkat kesejahteraan masyarakat desa Popodu diatas rata-rata tingkat kesejahteraan desa lain yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, namun terdapat juga sebagian masyarakat yang masuk kategori miskin.

Keadaan Ekonomi.

Pada umumnya penduduk desa Popodu bekerja di sektor pertanian dan perkebunan, sedangkan sebagian lainnya beternak dan memelihara ikan di kolam serta pedagang sembako dan pegawai negeri. Selain menanam padi di sawah, pada musim tertentu seringkali masyarakat menanam padi ladang dan jagung. Untuk tanaman perkebunan, tanaman tahunan menjadi primadona adalah kelapa, cengkih dan pala. Sedangkan untuk sektor peternakan, masyarakat beternak sapi, kambing dan ayam buras. Sebagian lain bekerja sebagai pekerja meubel dan bangunan.
Masyarakat menjual hasil pertanian dan perkebunan tersebut pada pengusaha-pengusaha lokal baik yang ada di desa Popodu maupun pengusaha di desa tetangga yang nantinya akan dipasarkan lagi ke daerah lain.
Di sektor perikanan, ada yang memelihara ikan jenis nila dan mas pada kolam swadaya dan kolam yang berasal dari bantuan pemerintah daerah. Kolam-kolam penduduk tersebut terpelihara cukup baik dan mampu memberikan kontribusi bagi produksi budidaya ikan di desa. Untuk hasil budidaya ikan tersebut biasanya dijual di pasar-pasar tradisional yang ada dan rumah makan di sekitardesa.

Tingkat Pendidikan.

Tingkat pendidikan di desa Popodu cukup baik. Umumnya semua anak-anak usia sekolah mendapatkan pendidikan sesuai dengan tingkat umurnya. Untuk tingkat tamatan pendidikan di desa Popodu lebih didominasi oleh tamatan SMP dan SMA. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat terhadap dunia pendidikan cukup tinggi. Sedangkan tamatan Sekolah Dasar (SD) dan Perguruan Tinggi berada diurutan berikutnya.
Pendidikan di desa Popodu sudah didukung dengan sarana-prasarana yang memadai misalnya gedung untuk Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).  Terdapat pula sarana-sarana olahraga misalnya lapangan sepak bola, volly, bulu tangkis dan tenis.

Sarana dan Prasarana Umum.

Sarana dan prasarana umum yang tersedia berupa tempat-tempat ibadah yaitu masjid desa, mushola dan taman pengajian. Pada tahun 2012 pemerintah telah membangun sarana jalan setapak pada daerah hunian padat di desa.
Secara  fisik  pembangunan desa popodu berasal dari dana pemerintah pusat dan ditunjang dengan swadaya masyarakat  seperti :

1.       Balai Desa  “DAOPEYAGO” dibangun tahun 1972  dengan Dana Bantuan Desa ditambah dengan swadaya  yang telah direhab beberapa kali dan terakhir Tahun 2012 dengan dana APBDes sumber dana ADD Tahun 2012.
2.       Taman Kanak-Kanak “ABDI”  dibangun Tahun 1976 dengan Dana Swadaya  yang kemudian telah direhabilitasi  beberapa kali sampai dengan Dana PNPM  TA . 2010
3.       Pasar Tani dengan Bandes Tahun 1989.
4.       MCK Bandes TA 1990-1991.
5.       Beberapa leput dan gorong-gorong yang dibaiayai dengan anggaran Bandes untuk beberapa TA sebelumnya.
6.       Prasarana Jalan dengan dana PPIP  TA. 2011.
7.       Jalan Setapak yang menggunakan Paving Blok Dana Propinsi Sulut.
8.       Beberapa ruas jalan yang telah dibiayai oleh dana APBD Bolsel.
Secara non pishyk Pembangunan Desa Popodu senantiasa bersinergi dengan aspek-aspek kegiatan-kegiatan kehidupan kemasyarakatan

Potensi Wisata.

Di desa Popodu terdapat situs istana peninggalan sejarah kerajaan Bolaang Uki yang telah roboh yang dalam bahasa Bolango adalah Maligo. Istana atau Maligo ini telah mulai diupayakan untuk di pugar kembali oleh pemerintah daerah.
Terdapat pula pemandian air panas yang mempunyai suhu mencapai 60 derajat Celcius. Tempat pemandian ini diyakini oleh masyarakat bisa menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Namun karena keterbatasan dana desa, tempat pemandian ini belum dilengkapi fasilitas penunjang lain sebagai penarik wisatawan.
Hal menarik lainnya adalah pada kawasan mangrove yang berbatasan dengan desa Pintadia banyak dijumpai burung langka yang oleh masyarakat dinamakan Bontula atau

PENUTUP.

Kesejahteraan masyarakat dapat dicapai apabila terjadi persatuan dan kesatuan serta kerjasama dan hubungan yang baik antar berbagai pemangku kepentingan yaitu pemerintah desa, lembaga-lembaga dan masyarakat.
Semoga upaya dan kerjasama yang telah terjalin selama ini antara pemerintah desa, BPD, LPM dan lembaga-lembaga lainnya akan memberikan dampak yang positif dan berkesinambungan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di desa Popodu searah dengan visi Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yaitu Terwujudnya Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yang Religius, Berbudaya, Maju dan Sejahtera.
Pemerintah desa Popodu secara arif dan bijaksana berupaya membangun masyarakat dengan sepenuh hati menuju masyarakat yang berkemajuan mandiri dan berkemakmuran madani.
By. Bobby Sampe





Desa Sondana

       Desa sondana merupakan desa pecahan dari desa Popodo sendiri yang berada di pesisir pantai Bolaang Mongondow selatan.
  
 Desa sondana memiliki potensi alam yang luar biasa juga potensi bawah laut yang sangat mengagumkan. desa sondana sendiri merupakan salah satu tempat favorit penduduk yang ada di Kota Molibagu untuk bersantai dikala sore hari dimana sunset akan terlhat indah meredupkan dirinya.

Desa Pintadia

          Sedangkan desa Pintadia merupakan desa pecahan dari desa Sondana. yang sama berada di pesisir pantai Bolaang Mongondow Selatan. seperti halnya desa sondana desa Pintadia juga memiliki potensi Alam bawah laut yang sangat indah.



Desa Soguo (Soguwo)

 Desa Soguo sendiri adalah desa pecahan dari desa Toluaya. yang berada di bagian barat kota Molibagu.



(MOHOH MAAF BILA ARTIKEL INI BELUM TERLALU LENGKAP) :)



1 komentar:

Posting Komentar

Beranda

THIS IS MY LIFE

 

Followers